Monday, June 05, 2006

Our 1st Marriage Anniversary ...

Tidak ada kemewahan atau keriangan yang berlebihan pada hari ini, 4 Juni 2006, yang bertepatan dengan satu tahun pernikahan kami. Kami menghabiskan waktu berdua, menikmati kebersamaan yang agak jarang kami dapatkan, di rumah mungil kontrakan kami, sambil berbincang tentang masa depan si calon buah hati yang kini menginjak bulan ke-2 dalam kandungan.

Dalam kehangatan, saya coba merenungi perjalanan hidup yang luar biasa ini. Satu tahun berlalu bersama suka dan duka. Tiba-tiba saja saya teringat dengan sebuah puisi pada pembatas buku yang menjadi souvernir cantik dari resepsi pernikahan kami.

Di sisi pertama pembatas buku itu, tertulis sebuah puisi:

Renungan Untuk Calon Istri

Pernikahan atau perkawinan
Membuka tabir rahasia
Suami yang menikahi kamu
Tidaklah semulia Muhammad SAW
Tidaklah setaqwa Ibrahim AS
Pun tidak setabah Ayyub As
Ataupun segagah Musa AS
Apalagi setampan Yusuf AS

Justru suamimu hanyalah pria akhir zaman
Yang punya cita-cita
Membangun keturunan yang sholeh…
Pernikahan atau perkawinan

Mengajar kita kewajiban bersama
Suami menjadi pelindung, kamu penghuninya
Suami adalah nahkoda kapal, kamu navigatornya
Suami bagaikan balita yang nakal, kamu adalah penuntun kenakalannya
Saat suami menjadi raja, kamu nikmati anggur singgasananya
Seketika suami menjadi bisa, kamulah penawar obatnya
Seandainya suami masinis yang lancang
Sabarlah memperingatkannya

Pernikahan atau perkawinan
Mengajarkan kita perlunya iman dan taqwa
Untuk belajar meniti sabar dan ridha Allah SWt
Karena memiliki suami yang tidak segagah mana
Justru kamu akan tersentak dari alpa
Kamu bukanlah Khadijah, yang begitu sempurna didalam menjaga
Pun bukan Hajar, yang begitu setia dalam sengsara
Cuma wanita akhir zamanYang berusaha menjadi solehah
Amin…

Dan di sisi yang kedua, terdapat sebuah puisi lagi:

Renungan Untuk Calon Suami

Pernikahan atau perkawinan
Menyingkap tabir rahasia
Istri yang kamu nikahi
Tidaklah semulia Khadijah
Tidaklah setaqwa Aisyah
Pun tidak setabah Fatimah
Apalagi secantik Zulaikha
Justru istrimu hanyalah wanita akhir zaman

Yang punya cita-citaMenjadi sholehah…

Pernikahan atau perkawinan
Mengajar kita kewajiban bersama
Istri menjadi tanah, kamu langit penaungnya
Istri ladang tanaman, kamu pemagarnya
Istri kiasan ternakan, kamu gembalanya
Istri adalah murid, kamu mursyidnya
Istri bagaikan anak kecil, kamu tempat bermanjanya
Saat istri menjadi madu, kamu teguklah sepuasnya
Seketika istri menjadi racun, kamulah penawar bisanya
Seandainya istri tulang yang bengkok, berhati-hatilah meluruskannya

Pernikahan atau perkawinan
Mengisyafkan kita perlunya iman dan taqwa
Untuk belajar meniti sabar dan ridha Allah SWT
Karena memiliki istri yang tidak sehebat mana
Justru…
Kamu akan tersentak dari alpa
Kamu bukanlah Rasulullah
Pun bukan pula sayyidina AliKaramallahuwajhah
Cuma suami akhir zamanYang berusaha menjadi soleh
Amin…

Saya tersentak. Dulu ketika pertama kali membacanya tepat setahun lalu, saya hanya senyum-senyum badung. Kini ketika membaca-nya kembali, baru saya memahami puisi ini sepenuhnya. Saya tidak tahu siapa pengarang puisi ini, tetapi saya ingin mengucapkan terima kasih. Semoga saya tidak melupakan pesan-pesan luar biasa puisi ini. Semoga barakah pernikahan kami, semoga bernilai hidup kami, semoga shalih dan shalihah anak keturunan kami, menjadi jundi-jundi pembela agama-Nya, meninggikan kalimat-Nya di bumi ini.

Labels:


Selengkapnya...